Transcription

Teori BehavioristikRizka Amalia. A (152071000026) & Ahmad Nur Fadholi (152071000015)Mahasiswa Fakultas Agama Islam, Program Studi Pendidikan Agama Islam,Universitas Muhammadiyah SidoarjoBAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Teori BehavioristikTeori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkahlaku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yangmenimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah lakusepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurutteori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telahmempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkantingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku,mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapathukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yangmerusak, merupakan tingkah laku yang Dalam belajar siswamencari,mengumpulkan,menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orangdewasa lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajardengan pendekatan inkuiri terbimbing.2.Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalammempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermatipenilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan psikologi1Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo. Nizamia LearningCenter. 2016. hlm:26- 272Eni Fariyatul Fahyuni, Developing og Learning Tool at IPA Subyek by Guided Inquiry Model toImprove Skills Science Process an Understanding Concepts SMPN 2 Porong. Proceedings ofInternational Research Clinic & Scientific Publications of Educational Technology. 20161

sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif. Data yangdidapat dari observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak obyektif. Jika inginmenelaah kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akanmemperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya.3Jadi,behaviorisme sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaandalam mencermati dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagaiwilayah, selain Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, danRusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi E.L.Thorndike,I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll.1) ThorndikeMenurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teoribehavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus(yang berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga berupapikiran, perasaan, dan gerakan). Jelasnya menurut Thorndike, perubahantingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yangnon-konkret (tidak bisa diamati). Dalam implementasinya, siswa sekolah dasarmengalami peningkatan kemampuan membaca dengan adanya interaksi siswadengan media belajar, dalam hal ini berupa media cerita bergambar. Belajardengan menggunakan media pembelajaran akan terbentuk proses penguasaankarena adanya interaksi dalam belajar (Fahyuni, 2011)Meskipun Thorndike tidak menjelaskan bagaimana cara mengukurberbagai tingkah laku yang non-konkret (pengukuran adalah satu hal yangmenjadi obsesi semua penganut aliran tingkah laku), tetapi teori Thorndiketelah memberikan inspirasi kepada pakar lain yang datang sesudahnya. TeoriThorndike disebut sebagai aliran koneksionisme (connectionism).Prosedur eksperimennya ialah membuat setiap binatang lepas darikurungannya sampai ketempat makanan. Dalam hal ini apabila binatang3Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2011. hlm:44452

terkurung maka binatang itu sering melakukan bermacam-macam kelakuan,seperti menggigit, menggosokkan badannya ke sisi-sisi kotak, dan cepat ataulambat binatang itu tersandung pada palang sehingga kotak terbuka danbinatang itu akan lepas ke tempat makanan.42) Ivan Petrovich PavlovClassic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalahproses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap hewan anjing,di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyaratsecara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Daricontoh tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa dengan menerapkanstrategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara denganmengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkanpengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadaribahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.53) John B. WatsonBerbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudahThorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisadiamati (observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahanmental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktoryang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadidalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting. Akan tetapi, faktor-faktortersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.Hanya dengan asumsi demikianlah, menurut Watson, dapat diramalkanperubahan apa yang bakal terjadi pada siswa. Hanya dengan demikian pulapsikologi dan ilmu belajar dapat disejajarkan dengan ilmu lainnya seperti fisikaatau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empiris. Berdasarkan4Budi Haryanto, Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar, Sidoarjo. UniversitasMuhammadiyah Sidoarjo. 2004. hlm:63- 655Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan. Jakarta. 2013. Kencana Prenamadia Group. hlm: 1001023

uraian ini, penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidakmemikirkan hal-hal yang tidak bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakuibahwa hal itu penting.4) Burrhus Frederic SkinnerMenurut Skinner, deskripsi antara stimulus dan respons untuk menjelaskanparubahan tingkah laku (dalam hubungannya dengan lingkungan) menurut versiWatson tersebut adalah deskripsi yang tidak lengkap. Respons yang diberikanoleh siswa tidaklah sesederhana itu, sebab pada dasarnya setiap stimulus yangdiberikan berinteraksi satu dengan lainnya, dan interaksi ini akhirnyamempengaruhi respons yang dihasilkan. Sedangkan respons yang diberikan jugamenghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhitingkah laku siswa.Oleh karena itu, untuk memahami tingkah laku siswa secara tuntas,diperlukan pemahaman terhadap respons itu sendiri, dan berbagai konsekuensiyang diakibatkan oleh respons tersebut (lihat bel-Gredler, 1986). Skinner jugamemperjelaskan tingkah laku hanya akan membuat segala sesuatunya menjadibertambah rumit, sebab alat itu akhirnya juga harus dijelaskan lagi. Misalnya,apabila dikatakan bahwa seorang siswa berprestasi buruk sebab siswa inimengalami frustasi akan menuntut perlu dijelaskan apa itu frustasi. Penjelasantentang frustasi ini besar kemungkinan akan memerlukan penjelasan lain.Begitu seterusnya.6B. Tahap-tahap Perkembangan BehavioristikFakta penting tentang perkembangan ialah bahwa dasar perkembanganadalah kritis. Sikap, kebiasaan dan pola perilaku yang dibentuk selama tahunpertama, menentukan seberapa jauh individu berhasil menyesuaikan diri dalamkehidupan mereka selanjutnya. Menurut Erikson (Hurlock, 1980: 6) berpendapatbahwa masa bayi merupakan masa individu belajar sikap percaya atau tidakpercaya, bergantung pada bagaiamana orang tua memuaskan kebutuhan anaknyaakan makanan, perhatian, dan kasih sayang . Pola-pola perkembangan pertama6Budi Haryanto, Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar. Hlm: 67-704

cenderung mapan tetapi bukan berarti tidak dapat berubah. Ada 3 kondisi yangmemungkinkan perubahan:1.Perubahan dapat terjadi apabila individu memperoleh bantuan atau bimbinganuntuk membuat orangyangdihargaimemperlakukan individu dengan cara yang baru atau berbeda (kreatif dantidak monoton)3.Apabila ada motivasi yang kuat dari pihak individu sendiri untuk membuatperubahan.Dengan mengetahui bahwa dasar-dasar permulaan perkembangan cenderungmenetap, memungkinkan orang tua untuk meramalkan perkembangan anakdimasa akan datang. Penganut aliran lingkungan (behavioristk) yakin bahwalingkungan yang optimal mengakibatkan ekspresi faktor keturunan yangmaksimal.Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap, dalam arti:1. Bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju meningkat ataumendalam atau meluas secara kualitatif maupun kuantitatif. (prinsipprogressif)2. Bahwa perubahan yang terjadi antar bagian dan atau fungsiorganisme itu terdapat interpedensi sebagai kesatuan integral yangharmonis. (prinsip sistematik)3. Bahwa perubahan pada bagian atau fungsi organisme ituberlangsung secara beraturan dan tidak kebetulan dan meloncatloncat.(prinsip berkesinambungan).C. Aplikasi Teori Behavioristik dan Ciri-ciri Terhadap Pembelajaran1. Aplikasi Teori Behavioristik1) Mementingkan Pengaruh Lingkungan2) Mementingkan bagian-bagian5

3) Mementingkan Peranan Reaksi4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedurstimulus respons5) Mementingkan perana kemampuan yang telah terbentuk sebelumnya6) engulangan7) Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang diinginkan2. Ciri – ciri Teori BehavioristikPertama, aliran inimempelajari perbuatan manusia bukan darikesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yangberdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan sertagerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalahilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks.Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatanperbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksiyang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yangkompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwapada waktu dilahirkan semua orang adalah sama. Menurut behaviorismependidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang berkembangkarena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflekkeinginan hati.7D. Pengertian KognitifIstilah cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing ataumengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaanpengetahuan. 8 Secara sederhana, dapat dipahami bahwa kemampuan kognitifadalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih kompleks, erkembanganNovi Irwan Nahar. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran.Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol.1. hlm:4-58Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. (Bandung : PT.Remaja RosdaKarya. 2011), hlm 65.6

selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah psikologismanusia meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,pengolahan informasi, pemecahan masalah dan keyakinan. Untuk memberikanpemahaman yang lebih utuh, berikut kami kutip beberapa pendapat ahli.Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psycologhy karyanya, kognisiadalah konsep umum yang mencakup seluruh bentuk pengenalan, termasukdidalamnya mengamati, menilai, memerhatikan, menyangka, membayangkan,menduga, dan menilai. Sedangkan menurut Mayers menjelaskan bahwa kognisimerupakan kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atauperistiwa dalam ingatan dan bertindakberdasarkan penggambaran ini. 9 Daripengertian diatas dapat dipahami bahwa kognisi adalah istilah yang digunakanoleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungandengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkanseseorang untuk memperoleh pengetahuan.E. Tahap – tahap Perkembangan KognitifSeorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologianak, Jean Pieget mengklasifikasikan perkembangan kognnitif anak menjadi 4tahap, antara lain,:1) Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2 tahun)Gambarannya, bayi bergerak dari pergerkan refleks instinktif pada saatlahir sampai permulaan pemikiran simbolis.2) Tahap Pre-Operational (berkisar antara 2-7 tahun) Gambarannya, anakmulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.(kata dan gambar menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis)3) Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun) Gambarannya,anak dapat berpikir secara logis mengenai hal yag konkret danmengklasifikasikan benda kedalam bentuk yang berbeda.9Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. hlm 98.7

4) Tahap Formal Operational (berkisar antara 11-15 tahun) Gambarannya,remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan idealistis.10F. Faktor – faktor Penunjang Perkembangan KognitifBerdasarkan hasil studi Piaget, terdapat lima faktor yang mempengaruhiseseorang pindah tahap perkembangan intelektualnya. Kelima faktor itu adalah:kematangan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), pengalamanlogika matematika (logico-methematical experience), transmisi sosial (socialtransmission), dan ekuilibrasi (equilibration).1) Kematangan yaitu proses perubahan fisiologis dan anatomis, prosespertumbuhan tubuh, sel-sel otak, sistem saraf dan manifestasi lainnyayang mempengaruhi perkembangan kognitif. Kematangan mempunyaiperan yang penting dalam perkembangan intelektual. Hal ini ditunjukkanoleh hasil beberapa penelitian yang membuktikan adanya perbedaan ratarata usia anak pada tahap perkembangan yang sama pada satu masyarakatdengan masyarakat lain yang berbeda.2) Pengalaman fisik yaitu pengalaman yang melibatkan seseorang untukberinteraksi dengan lingkungan fisik, memanipulasi obyek-obyek disekitarnya dan membuat abstraksi dari obyek tersebut. Melaluipengalaman fisik akan terbentuk pengetahuan fisik dalam diri individu,karena pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang benda-bendayang ada "di luar" dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal. Salahsatu perkembangan fisik yang mempengaruhi perkembangan kognitifadalah perkembangan otak Otak berkembang paling pesat pada masa bayi.Pada masa kanak-kanak otak tidak bertumbuh dan berkembang sepesatmasa bayi. Pada masa awal kanak-kanak, perkembangan otak dan sistemsyaraf berkelanjutan. Otak dan kepala bertumbuh lebih pesat daripadabagian tubuh lainnya.Bertambah matangnya otak, dikombinasikandengan kesempatan untuk mengalami suatu pengalaman melalui10Ibid, hlm. 1018

rangsangan dari lingkungan menjadi sumbangan terbesar bagi lahirnyakemampuan-kemampuan kognitif pada anak. Artinya, perkembangankognitif menjadi optimal jika ada kematangan dalam pertumbuhan otakserta ada rangsangan dari lingkungannya.3) Pengalaman logika matematika yaitu pengalaman membangun hubunganhubungan atau membuat abstraksi yang didapat dari hasil interaksiterhadap obyek. Dengan pengalaman logika matematika akan terbentukpengetahuan logika matematika dalam diri individu. Pengetahuan logikamatematika merupakan hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dandiperlakukan pada obyek-obyek.4) Transmisi sosial yaitu proses interaksi sosial dalam menyerap unsur-unsurbudaya yang berfungsi mengembangkan struktur kognitif. Hal ini dapatterjadi melalui informasi yang datang dari orang tua, guru, teman, mediacetak dan media elektronik. Dengan adanya transmisi sosial akanterbentuk pengetahuan sosial dalam diri individu. Pengetahuan sosialmerupakan pengetahuan yang didasarkan pada perjanjian sosial, suatuperjanjian atau kebiasaan yang dibuat oleh manusia. Pengetahuan sosialdan pengetahuan fisik merupakan pengetahuan tentang isi yangbersumber dari kenyataan yang ada "di luar", sementara pengetahuanlogika matematik mengkonstruksi keadaan nyata tersebut melalui pikiran.5) Ekuilibrasi yaitu kemampuan untuk mencapai kembali keseimbanganselama periode ketidak seimbangan. Ekuilibrasi merupakan suatu prosesuntuk mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi melalui asimilasi danakomodasi. Pada proses ini mengintegrasikan faktor-faktor kematangan,pengalaman fisik, pengalaman logika matematika, dan transmisi sosial.1111Ibid, hlm 99-1009

BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanTeori behavioristik adalah teori yang menekankan pada tingkah lakumanusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Teori Kognitifadalah teori yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahaninformasi yang memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengetahuan. Darikedua teori tersebut aspek dan karakteristik yang berbeda-beda pula, sehinggakadang-kadang ditemui pertentangan antara teori yang satu dengan teori yanglainnya.Jadi dalam hal menilai benar tidaknya pendapat-pendapat yangdikemukakan oleh berbagai teori itu, kita harus memandangnya dari segi-segikarakteristik tertentu yang sesuai dengan jenis yang diselidikinya. Yang pentingbagi pendidik adalah mengambil manfaat dari masing-masing teori itu danmenggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang dipelajaridan yang diajarkan,10

DAFTAR PUSTAKADesmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:RemajaRosdakarya.Fahyuni, Eni Fariyatul. Developing og Learning Tool at IPA Subyek by GuidedInquiry Model to Improve Skills Science Process an UnderstandingConcepts SMPN 2 Porong. Proceedings of International ResearchClinic & Scientific Publications of Educational Technology. 2016Fahyuni, Eni Fariyatul. Efektifitas Media Cerita Bergambar dalam MeningkatkanKemampuan Membaca Siswa. Skripsi: Publikasikan. UniversitasIslam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2011Fahyuni, Eni Fariyatul &Istikomah. 2016. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo:NizamiaLearning Center.Haryanto, Budi. 2004. Psikologi Pendidikan dan pengenalan Teori-teori Belajar,Sidoarjo:Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.Jahja, Yudrik. 2013. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Kencana PrenamadiaGroupNahar, Novi Irwan. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam ProsesPembelajaran. Desember 2016. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol.1.Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.11

Rusia. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam teori ini meliputi E.L.Thorndike, I.P.Pavlov, B.F.Skinner, J.B.Watson, dll. 1) Thorndike Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, teori behavioristik dikaitkan dengan belajar adalah proses interaksi antara stimulus